Jumat, 24 Mei 2013

Fisika Besaran dan Pengukuran



BAHAN AJAR

Mata Pelajaran            : Fisika
Kelas / Semester        : X / 1
Standar Kompetensi   :
Kompetensi dasar     
 


A.  BESARAN DAN SATUAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian alam serta interaksi antara benda-benda, atau materi-materi di alam ini sehinggga sangat erat kaitannya dengan besaran, angka-angka, dan pengukuran.
Besaran adalah sesuatu yang memiliki nilai. Besaran dapat dinyatakan dengan angka-angka yang diperoleh melalui percobaan, pengamatan, dan pengkuran. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan hasilnya dapat dinyatakan dengan angka-angka. Besaran ada dua macam yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
a.    Besaran Pokok
Pada konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke 14 tahun 1971, berdasarkan hasil pertemuan panitia internasional menentapkan tujuh besaran  sebagai dasar dan menjadi sistem satuan Internasional yang disingkat SI. Kata -kata SI berasal dari bahasa perancis “Le Sisteme International d’unites. Ketujuh besaran dasar tadi kemudian kita kenal dengan besaran pokok. Besaran pokok adalah besaran dasar yang terbentuk sesuai sistem pengukuran dasar. Tujuh besaran pokok beserta simbol dan satuannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Besaran Pokok
Satuan SI
Nama Besaran
Simbol Besaran
Nama Satuan
Simbol Satuan
1
2
3
4
5
6
7
Panjang
Massa
Waktu
Kuat Arus Listrik
Suhu
Intensitas Cahaya
Jumlah Zat
L
m
t
i
T
J
N
Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
Candela
mole
m
kg
s
A
K
cd
mol


Selain tujuh besaran pokok seperti dalam tabel, ada dua besaran tambahan yaitu :
1.   sudut bidang (datar) memiliki satuan radian (rad)
2.   sudut ruang memiliki satuan steradian (sr)

b.    Sistem Standar Satuan
Satuan standar adalah satuan dari besaran-besaran yang disepakati memiliki ukuran sama dengan sat atau satu satuan.
Besaran pokok dibagi menjadi 7 macam, yaitu panjang, massa, waktu, kuat arus listrik, intensitas cahaya, suhu, dan jumlah zat
v  Standar Satuan Panjang
Satuan panjang adalah meter, yaitu jarak antara dua goresan pada meter standar sehinggga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris adalah 10.000.000 meter. Meter standar adalah sebuah batang yang terbuat dari campuran platina Iridium. Sudah sejak lama diketahui bahwa laju cahaa dalam vakum adalah tetapan c dengan nilai 299.792.458 m/s, dengan ketelitian sama dengan ketelitian c, yaitu 4:109 (lebih teliti dari pada menggunakan loncatan listrik oleh atom-atom Kr-86, dengan ketelitian 1:108). Karena alasan inilah ahli metrologi sepakat untuk membuang defenisi yang berhubungan dengan pancaran atom kripton, dan menggantikannya dengan meter yang berhubungan dengan tetapan c dan sekon. Definisi baru satuan meter menjadi : “ satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya (dalam vakum) dalam selang waktu   sekon’’.
Mengukur panjang suatu benda dapat dengan menggunakan berbgai jenis alat antara lain mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

v  Satandar satuan Massa
Satuan massa adalah Kilogram, yaitu massa sebuah kilogram standar yang disimpan di lembaga timbangan dan ukuran Internasional. Dengan teknik pemgukuran modern, prototype ini dapat diproduksi ulang dengan ketelitian 1:108. Ketelitian yang dicapai dengan cara menimbang ini masih lebih baik daripada ketelitian dengan cara penentuan massa menggunakan spektrografi massa. Massa standar sama dengan massa 1 liter air murni yang suhunya 40C.





v  Standar Satuan Waktu
Satuan waktu adalah sekon. 1 sekon (s) adalah selang waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali dalam transisi antara dua tingkat energi di tingkat energi dasarnya. Sekon yang di atomkan ini dapat ditentukan dan diproduksi ulang dengan ketelitian 1:1012.

v  Standar satuan Kuat arus Listrik
Satuan kuat arus listrik adalah ampere. Satu ampere (A) adalah kuat arus tetap yang jika dialirkan melaui dua buah kawat yang sejajar dan sangat panjang, dengan tebal yang dapat diabaikan dan diletakan pada jarak pisah 1 meter dalam vakum, menghasilkan gaya 2.10-7Newton pada setiap meter kawat. Ketelitian yang diperoleh dari percobaan adalah 1:106.

v  Standar Intensitas cahaya
Satuan intensitas cahaya adalah candela (cd). Kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan radiasi monokromatif pda frekuensi 540.1012 Hertz dengan intensitas radiasi sebesar  watt per sterradian dalam arah tersebut.

v  Standar satuan suhu
Satuan suhu termodinamika adalah Kelvin. Satu Kelvin (K) adalah  kali suhu termodinamika titik tripel air. Dengan demikian suhu termodinamika titik tripel air adalah 273,16 K. Titik tripel air adalah suhu dimana air murni berada dalam keadaan seimbang dengan es dan uap jenuhnya.

v  Standar satuan jumlah zat
Satuan jumlah zat adalah mole. Satu mole (mol) adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam jumlah sebanyak jumlah atom karbon dalam 0.012 kg karbon-12 (C-12).






c.    Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Satuan dari besaran turunan tergantung pada satuan besaran pokok. Berikut ini adalah beberapa contoh besaran turunan :
No
Besaran turunan
Satuan SI
Nama Besaran
Simbol Besaran
Nama Satuan
Simbol Satuan
1
2
3
4
5
6
7
Kecepatan
Percepatan
Massa jenis
Energi
Tekanan
daya
Luas
V
a
ρ
E
p
P
A

Meter/sekon
Meter/sekon2
Kilogram/meter3
Joule
Pascal
Watt
Meter2
m/s
m/s2
kg/m3
J
Pa
W
m2

d.    Konversi satuan
Sistem satuan Internasional sering disebut sistem metrik. Oleh karena itu satuan internasional dapat diubah-ubah dari satuan satu ke satuan yang lain, hal  ini dikenal dengan istilah Konversi Satuan. Konversi satuan mutlak diperlukan dalam penulisan – penulisann hasil pengukuran yang sangat besar atau sangat kecil. Satu contoh sederhana, apabila kita akan menyatakan atau menuliskan 0,000001 m maka akan lebih mudah jika menuliskannya menjadi 1 mm karena dengan mengkonversikan  1 m = 106 mm.   Selain konversi satuan  penulisan bilangan awalan bisa dilakuakan notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara penulisan bilangan yang sangat besar atau kecil dengan menggunakan faaktor pengali atau awalan. Hal ini pernah disampaikan pada konferensi umum tentang berat dan ukuran ke 14  tahun 1971. berikut ini adalah faaktor pengali atau awalan pada penulisan ilmiah  :
Tabel Faktor pengali atau awalan dalam SI
Faktor
Awalan
Simbol
Faktor
Awalan
Simbol
101
102
103
106
109
1012
1015
1018
Deka
Hekto
Kilo
Mega
Giga
Tera
Peta
Eksa
da
h
K
M
G
T
P
E
10-1
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
10-15
10-18
Desi
Senti
Milli
Mikro
Nano
Piko
Femto
Atto
D
c
m
m
n
p
f
a
Contoh:
1 ton   = 1000 kg
1 kg     = 1000 gram
1 km    = 1000 m
1 jam   = 3600 sekon
1 inci    =2,54 cm
1 mil     =1.609 m


e.    Dimensi
Dimensi dapat didefenisikan sebagai suatu besaran yang menunjukan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dalam huruf (ditulis huruf besar) dan diberi kurung persegi.
Contoh tabel dimensi besaran pokok
No
Besaran Pokok
Dimensi
Nama Besaran
Simbol Besaran
Nama Satuan
Dimensi
1
2
3
4
5
6
7
Panjang
Massa
Waktu
Kuat Arus Listrik
Suhu
Intensitas Cahaya
Jumlah Zat
l
m
t
i
T
J
N
Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
Candela
mole
[ L ]
[ M ]
[ T ]
[ I ]
[ Θ ]
[ J ]
[ N ]


Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran pokok. Berikut ini merupakan contoh dimensi besaran turunan:
Contoh tabel dimensi besaran pokok
No
Besaran turunan
Dimensi
Nama Besaran
Simbol Besaran
Nama Satuan
Dimensi
1
2
3
4
5
6
7
Kecepatan
Percepatan
Massa jenis
Energi
Tekanan
daya
Luas
v
a
ρ
E
p
P
A

Meter/sekon
Meter/sekon2
Kilogram/meter3
Joule
Pascal
Watt
Meter2
[ L ] [ T ]-1
[ L ] [ T ]-2
[ M ] [ L ]-3
[ M ] [ L ]2 [ T ]-2
[ M ] [ L ]1 [ T ]-2
[ M ] [ L ]2 [ T ]-3
[ L ]2




Berikut ini manfaat menggunakan dimensi.
a.   Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak. Dua besaran fisis hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama dan keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran vektor.
b.   Dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar
c.   Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika kesebandingan besaran fisi tersebut dengan besaran-besaran fisis lainnya diketahui.
Contoh soal:
Buktikan bahwa usaha dan energi adalah dua besaran skalar yang sama!
Jawab:
·      Usaha (W)         = F s
                      = kg m/s2 m
                      = [M] [L]2 [T]-2
·      Energi                =  m v2
                             = kg  m2/s2  
                      = [M] [L]2 [T]-2
Nilai  adalah konstanta, sehingga tidak memiliki dimensi.
















B. V E K T O R
Besaran-besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai arah, sedangkan besaran vektor adalah besaran yang selain mempunyai besar atau nilai juga mempunyai arah. Contoh-contoh umum besaran skalar adalah massa jenis, volume dan suhu, sedangkan contoh-contoh umum besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya
1.    Notasi vektor
Untuk dapat menuliskan vektor dengan benar, maka perlu memahami simbol atau notasi vektor. Untuk menuliskan vektor dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
a.    Menuliskan tanda vektor atau anak panah di atas nama vektor
Contoh :  atau
b.    Menulis nama vektor dengan huruf yang ditebalkan
Contoh : d atau OA
      Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini :
     
OA
     

2.    Besar vektor
Besar suatu vektor  secara grfis dinyatakan dengan panjang garis, sedangkan arahnya ditunjukkan oleh arah sinar garis tersebut. Besar suatu vektor disebut juga norma, modulus atau magnitude yang dinyatakan dengan :

3.    Mengurai vektor
Suatu vektor dapat diuraikan ke dalam komponen-komponen pada arah sumbu yang digunakan. Untuk dimensi dua (bidang), komponen-komponen tersebut di bagi dalam arah atau sumbu X dan Y sehingga suatu vektor diuraikan menjadi dua buah vektor yang saling tegak lurus. Perhatikan gambar berikut ini :
Y
X
ry

rx
r
α
 





Vektor r diuraikan menjadi dua vektor yang saling tegak lurus yaitu rx dan ry. rx adalah komponen r pada arah x dan ry adalah komponen r pada arah y. Besar rx dan ry dinyatakan dengan :
Contoh soal :
Sebuah vektor gaya F nilaiya 20 N membentuk sudut 300 terhadap sumbu x positif. Tentukan nilai komponen-komponen vektor gaya F itu terhadap sumb x dan sumbu  y !
Jawab:
Diketahui :
F  = 20 N
α  = 300
Fx  = 20 cos 300
                Fx  = F cos α
                  = (20N) ( )
            = 10   N
Fy   = F. sin α
      = 20 sin 300
                  = (20) ( )   
                      = 10 N

















a.   PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN VEKTOR
1.   Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode grafis
Dua buah vektor masing-masing A dan B dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut resultan. Penjumlahan dua buah vektor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :    
Penjumlahan vektor mempunyai arti yang berbeda dengan penjumlahan bilangan skalar, tetapi penjumlahan vektor memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum asosiatif penjumlahan
Hukum komutatif penjumlahan adalah
                                                  
  Hukum asosiatif penjumlahan adalah
Sedangkan pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefenisikan vektor negatif sebagai vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan
  Contoh :                                              
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode grafis ada dua yaitu dengan metode poligon dan metode jajar genjang
a.   Metode poligon
                 Aturan melukis vektor resultan dengan metode poligon :
§ Lukis salah satu vektor (sebut vektor pertama)
§  Lukis vektor kedua dengan pangkalnya diujung vektor pertama dan yakinkan bahwa anda telah melukis arah vektor kedua dengan tepat; lukis vektor ketiga dengan pangkalnya diujung vektor kedua; dan seterusnya sampai semua vektor yang akan dijumlahkan telah dilukis
§  Vektor resultan (vektor hasil penjumlahan) diperoleh dengan menghubungkan pangkall vektor pertama ke ujung vektor terakhir









Perhatikan gambar :
A
B
C
D = A + B + C
A
B
C
D = A + (-B) + C
A
-B
C
D
 






     

Gambar penjumlahan vektor                                      Gambar pengurangan vektor
      Contoh soal :
Manakah dari gambar di bawah ini pernyataan yang benar mengenai penjumlahan vektor dengan metode poligon?
A
B
C
D
E
     




a.    A + B + C + D = E                        c. C + D + E + B = A
b.    A + E + D + C = B                        d. D + G + E + A = B
     
Jawab :
Strategi : untuk menentukan vektor resultan dalam suatu poligon, carilah dahulu dua anak panah yang ujungnya bertemu. Kemudian telusuri anak panah yang mana menutup poligon.
Dalam poligon pada gambar di atas tampak dua anak panah yang ujungnya bertemu adalah C dan B. Jika anda telusuri tampak bahwa anak panah yang menutup poligon adalah B. Dengan demikian vektor resultan dari poligon vektor adalah B = A + E + D + C

b.    Metode jajar genjang
      Aturan melukis penjumlahan vektor dengan metode jajar genjang adalah :
§  Lukis vektor pertama dan vektor kedua dengan titik pangkal berimpit
§  Lukis sebuah jajar genjang dengan kedua vektor itu sebagai sisi-sisinya
§  Vektor resultan adalah diagonal jajar genjang yang titik pangkalnya sama dengan titik pangkal kedua vektor
Catatan : dalam metode jajar genjang, satu kali lukisan hanya dapat melukiskan resultan dari dua vektor. Jadi, resultan dari tiga buah vektor memerlukan dua jajar genjang, empat buah vektor memerlukan tiga jajar genjang dan seterusnya
Perhatikan gambar :
A
B
C
 



A
B
C
D
E
A
B
-C
D
E
 







      Penjumlahan vektor E = D + C                            Pengurangan vektor E = D + (-C)

2.    Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode analitis
Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua atau lebih vektor. Hal ini karena vektor terdiri dari komponen-komponen vektor. Perhatikan gambar di bawah ini :
A
B
R
α
ß
 




Vektor R adalah vektor hasil penjumlahan (vektor resultan) antara vektor A dan B dengan sudut diantara keduanya adalah α. Besar vektor resultan R dari kedua vektor tersebut adalah :
                       
            Jika kedua vektor saling tegak lurus (α = 90°), maka :
                       
            Sedangkan arah resultan vektor dapat ditentukan dengan persamaan :
           
            Jika vektor A dan vektor B saling tegak lurus, maka :
           
      Contoh soal :
Ada da buah vektor, masing-masing F1 an F2 adalah 30N dan 40N. Vektor F1 mendatar sedangkan vektor F2 membentuk arah 600. Carilah besar resultan dan arahnya!
Jawab:
Diketahui:
F1   = 30N              α1           = 00
F2   = 40N              α2           = 600
Ditanyakan: a.R =..........?
b.   Ѳ =........?
a). F1x = F1 cos α1 = 30 cos 00 = 30 N
F2x = F2 cos α2
        = 40. Cos 600 = 40  = 20 N
Fx  = F1x + F2x  = 30 + 20 +50N
F1y = F1 sin α1 = 30 sin 00 = 0
F2y = F2 sin α2 = 40.   = 20  
Fy = F1y + F2y = 0 +  20    = 20  
R =   =
    =  =  N
    = 60, 83 N (hasil pembulatan)
b). Arah resultan
          tan ѳ =   =  
                =  
                 Ѳ  = 34,720 (hasil pembulatan)
Untuk menjumlahkan dua vektor atau lebih dengan metode analitis dapat dilakukan dengan menguraikan vektor-vektor tersebut ke arah sumbu x dan sumbu Y. Selanjutnya dicari resultan vektor pada kedua sumbu dengan persamaan umum penjumlahan vektor.







      Perhatikan gambar di bawah ini :
Y
X
V1y
V1x
V1
α
ß
V2
V2y
V2x
     











Dari gambar diperoleh resultan vektor pada masing-masing sumbu :
Pada sumbu X :
Pada sumbu Y :
Resultan seluruh vektor dihitung dengan persamaan :
Dengan     V          = Modulus vektor resultan
        = Modulus vektor komponen x
        = Modulus vektor komponen Y
Contoh soal :
Lima buah vektor gaya mempunyai besar dan arah sebagai berikut :
F1 = 20 N              α1        = 30°
F2 = 10 N              α2        = 60°
   F3 = 15 N              α 3       = 90°
   F4 = 10 N              α 4       = 150°
   F5 = 5 N                α 5       = 210°
Tentukan besar resultan vektor F = F1 + F2 + F3 + F4 + F5!





Jawab :
Besar komponen F dalam arah sumbu X

Sehingga
      Besar komponen F dalam arah sumbu Y
     
Sehingga
      Jadi, besar resultan vektor adalah
     





C.   PENGUKURAN

1.1 KETELITIAN PENGUKURAN
Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan alat ukur yang sesuai dengan besaran yang diukur. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka (nilai). Di dalam mengukur suatu besaran, tentunya anda perlu memilih alat ukur yang sesuai dengan besaran yang akan diukur. Berikut ini akan dipelajari beberapa alat yang digunakan untuk mengukur besaran.

1.    Pengukuran panjang
Untuk mengukur besaran panjang, kita dapat menggunakan mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup. Akan tetapi, dari setiap alat ukur panjang tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
a.   Mistar
 
Alat ukur yang paling sederhana dan dikenal semua orang adalah mistar atau penggaris, yang memiliki garis-garis skala ukuran. Mistar memiliki skala pengukuran terkecil 1 mm, sesuai dengan jarak garis terkecil yang terdapat pada skala penggaris. Mistar juga memiliki tingkat ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran  0,5 mm atau 0,05 cm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut.
Ketika mengukur panjang dengan menggunakan mistar,posisi mata hendaknya berada pada tempat yang tepat yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Jika posisi mata berada diluar garis tersebut,panjang benda yang terukur akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibatnya pengukuran menjadi kurang teliti dan terjadilah kesalahan pengukuran.








b.   Jangka sorong
 jangka sorong memliki bagian utama yang disebut rahang tetap dan rahang sorong (rahang geser). Skala panjang yang tertera pada rahang tetap disebut skala utama, sedangkan skala pendek yang tertera pada rahang sorong disebut nonius atau vernier. Nonius memiliki panjang 9 cm dan dibagi atas 10 skala, sehingga beda satu skala nonis dengan satu skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Nilai 0,1 mm atau 0,01 cm merupakan skala terkecil jangka sorong. Dengan demikian ketidakpastian Dx jangka sorong adalah:
Dx  =  x 0,01 cm = 0,005 cm
 


Contoh soal:
Gambar di bawah ini menunjukkan pembacaan skala jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter tabung kayu. Tentukan pembacaan skala jangka sorong yang sesuai dengan gambar di bawah ini!
4
5
6
0
10
 



Jawab :
Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan skala nonius nol adalah 4,5 cm, sedangkan skala nonius yang berhimpit tegak dengan skala utama adalah skala ketiga. Jadi, diameter silinder kayu tersebut adalah                          (4,5 cm + 0,02 cm) = 4,52 cm

c.    Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Skala utama ditunjukkan oleh silinder pada lingkaran dalam, sedangkan skala nonius ditunjukkan oleh selubung pada lingkaran luar. Jika selubung lingkaran luar diputar satu kali lingkaran penuh, skala utama akan berubah 0,5 mm. Selubung luar terbagi menjadi 50 skala sehingga 1 skala pada selubung luar adalah , yang merupakan skala terkecil pada mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian atau ketidakpastian hasil pengukuran mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm. Mikrometer sekrup dapat dipakai untuk mengukur tebal selembar kertas atau diameter seutas kawat yang sangat halus.
Pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup,bidal diputar sehingga benda dapat diletakkan antara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda,pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda bergigi ini putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika poros sampai menekan benda,pengukuran menjadi tidak teliti.
Contoh soal :
Tentukan pembacaan skala mikrometer sekrup yang sesuai dengan gambar di bawah ini:
3
2
37
 




Jawab :
Berdasarkan gambar, pembacaan skala utama yang berhimpit dengan tepi selubung luar  adalah 3,5 mm sedangkan garis selubung luar yang berhimpit tepat dengan garis mendatar skala utama adalah garis ke-44.
Jadi, bacaan mikrometer sekrup tersebut adalah (3,5 mm + 0,44 mm) = 3,94 mm
2.    Pengukuran massa
Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan atau neraca. Beberapa neraca atau timbangan yang seringkali digunakan adalah neraca pikulan, neraca pegas, neraca O-hauss dan neraca digital, selain itu alat pengkukur massa lainnya adalah timbangan pegas, neraca elektronik, timbangan badan, timbangan beras (dachin), dan neraca tiga lengan.

3.    Pengukuran waktu
Pengukur waktu adalah alat yang dapat menunjukan waktu pada saat itu dan alat yang dapat menunjukan lamanya sebuah proses berlangsung. Untuk mengukur besaran waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam dinding dan stopwatch. Terdapat beberapa jenis stopwatch. Ada stopwatch yang memiliki satu tombol yaitu untuk menjalankan,menghentikan serta mangembalikan jarum ke titik nol. Ada pila yang memiliki dua atau tiga tombol. Saat ini juga sudah terdapat stopwatch digital.

4.    Pengukuran kuat arus
Untuk mengukur kuat arus digunakan amperemeter atau multimeter. Pada amperemeter analog ,nilai kuat arus dapat dibaca pada skala yang ditunjukan oleh jarum penunjuk. Dalam penggunaanya amperemeter dipasang secara seri dengan rangkaian. Ini berarti kita harus memotong kawat rangkaian untuk membuat hubungan ke ujung-ujung terminal amperemeter.










1.2   ASPEK-ASPEK PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING

1.   Aspek-aspek pengukuran
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, bergantung pada keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode pengukuran dan kemampuan orang yang mengukurnya. Oleh karena itu, salah satu cara mengurangi kesalahan pengukuran adalah pengetahuan yang cukup mengenai sifat-sifat alat ukur. Untuk mengetahui sifat-sifat alat ukur, digunakan beberapa istilah teknis yang perlu anda ketahui. Beberapa diantaranya adalah :
a.      Aspek ketelitian (presisi)
Ketelitian atau presisi didefenisikan sebagai kemampuan proses pengukuran untuk mendapatkan hasil yang sama, khususnya pada pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.
b.     Aspek kalibrasi alat
Kalibrasi atau peneraan adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala alat ukur dengan harga-harga standar (atau yang dianggap benar)
c.      Aspek ketepatan (akurasi)
Ketepatan atau akurasi didefenisikan sebagai kesesuaian antara hasil pengukuran dan nilai yang sebenarnya
d.     Aspek kepekaan (sensitivitas)
Kepekaan atau sensitivitas didefenisikan sebagai kemampuan alat ukur untuk mendapatkan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga hasil pengukuran

Selain faktor alat ukur, faktor-faktor yang menentukan proses pengukuran menjadi tidak tepat dan tidak teliti diantaranya adalah pengaruh objek benda yang diukur, proses pengukuran dan orang yang melakukan pengukuran.
Selain kesalahan, ada ketidakpastian hasil pengukuran yang disebabkan oleh cara atau metode pengukuran, yakni ketidakpastian hasil pengukuran tunggal dan ketidakpastian hasil pengukuran berulang
a. Ketidakpastian hasil pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal dilakukan karena pengukuran yang dilakukan tidak mungkin diulang dan disebabkan oleh alat ukur yang digunakan terlalu kasar ketelitiannya, misalnya mistar. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal digunakan setengah skala terkecil
 skala terkecil alat yang dipakai

Hasil pengukuran ditulis :
b.  Ketidakpastian hasil pengukuran berulang
Hasil pengukuran berulang terdiri atas nilai atas rata-rata dan ketidakpastian pengukuran yang dinyatakan dengan simpangan baku ( )
§  Nilai rata-rata dihitung :
§  Ketidakpastian atau simpangan baku
Hasil pengukuran ditulis :
 atau





















1.3   ANGKA PENTING

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari pembacaan skala alat ukur yang terdiri atas angka pasti dan angka terakhir yang ditaksir
*    Aturan angka penting
1.    Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh :    153,2 gram (mempunyai 4 angka penting)
                  16,7 cm (mempunyai 3 angka penting)
2.    Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting
Contoh :    20,35 kg (mempunyai 4 angka penting)
                  326,04 (mempunyai 5 angka penting)
3.    Angka nol disebelah kanan angka bukan nol, bukan angka penting kecuali jika ada tanda seperti garis bawah
Contoh :    25.000 kg (mempunyai 5 angka penting)
                  25.000 (mempunyai 4 angka penting)
4.    Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak disebelah kiri maupun disebelah kanan koma desimal, bukan angka penting
Contoh :    0,539 gram (mempunyai 3 angka penting)
                  0,0037 kg (mempunyai 2 angka penting)

*    Aturan berhitung dengan angka penting
1.    Pembulatan
Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan kurang dari 5 dibulatkan ke bawah. Apabila angka tepat 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya angka genap
Contoh :    65,665 dibulatkan menjadi 65,66 (angka 5 dibulatkan ke bawah)
                  65,675 dibulatkan menjadi 65,68 (angka 5 dibulatkan ke atas)

2.    Penjumlahan dan pengurangan
Hasil perhitungan dari penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Banyaknya angka penting pada hasil penjumlahan dan pengurangan ditentukan oleh banyaknya bilangan dengan angka yang paling sedikit di belakang koma
Contoh :
Jumlahkan 237, 219 gr; 15,5 gr; dan 8,43 gr
Kurangi 468,39 m dengan 412 m

Jawab :
Strategi : lakukanlah operasi penjumlahan atau pengurangan secara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga hanya memiliki satu angka taksiran
a.   237,219 gr       → 9 angka taksiran
        15,5 gr           → 5 angka taksiran
         8,43 gr          → 3 angka taksiran
 

297,149 gr       → dibulatkan 297,1 gr karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran
b.   468,39 m         → 9 angka taksiran
      412 m              → 2 angka taksiran
 

      56,39 m           56 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran

3.    Perkalian dan pembagian
Hasil perkalian atau pembagian dari angka tidak eksak (angka penting) memiliki angka penting yang banyaknya sama dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit
Contoh :
Hitunglah operasi perkalian atau pembagian bilangan-bilangan berikut ini :
a. 0,6283 cm x 2,2 cm      b. 4,554 x 105 kg : 3,0 x 102 m3
Jawab :
Strategi : Pertama, lakukanlah prosedur perkalian atau pembagian dengan cara biasa, kemudian bulatkan hasilnya hingga memiliki angka penting sebanyak salah satu bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit
a.   0,6283 cm       → empat angka penting
      2,2 cm             → dua angka penting (paling sedikit)
 

      1,38226 cm2   → dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting)
b.   4,554 x 105 kg             → empat angka penting
      3,0 x 102 m3                → dua angka penting (paling sedikit)
                           :
     1,518 x 103 kg/m3     → dibulatkan menjadi 1,5 x 103 kg/m3 (dua angka penting).



RANGKUMAN
Ø  Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuh besaran pokok beserta simbol dan satuannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Besaran Pokok
Satuan SI
Nama Besaran
Simbol Besaran
Nama Satuan
Simbol Satuan
1
2
3
4
5
6
7
Panjang
Massa
Waktu
Kuat Arus Listrik
Suhu
Intensitas Cahaya
Jumlah Zat
l
m
t
i
T
J
N
Meter
Kilogram
Sekon
Ampere
Kelvin
Candela
mole
m
kg
s
A
K
cd
mol

Ø  Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok. Satuan dari besaran turunan tergantung pada satuan besaran pokok
Manfaat dari dimensi : Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak, dapat digunakan untuk menentukan persamaan yang pasti salah atau mungkin benar, dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis
Ø  Pengukuran atau mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang ditetapkan sebagai satuan.
Ø  Untuk mengukur besaran massa, kita dapat menggunakan timbangan atau neraca. Beberapa neraca atau timbangan yang seringkali digunakan adalah neraca pikulan, neraca pegas, neraca O-hauss dan neraca digital
Ø  Untuk mengukur besaran waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam dinding dan stopwatch
Ø  Untuk mengukur besaran waktu, kita dapat menggunakan alat ukur seperti jam tangan, jam dinding dan stopwatch
Ø  aspek-aspek dalam pengukuran diantaranya aspek ketelitian (presisi), kalibrasi alat, ketepatan(akurasi) dan aspek kepekaan (sensivitas)
Ø  Ketidakpastian hasil pengukuran tunggal  skala terkecil alat yang dipakai
Hasil pengukuran ditulis :
Ø  Ketidakpastian hasil pengukuran berulang
§  Nilai rata-rata dihitung :     
§  Ketidakpastian atau simpangan baku   :
Hasil pengukuran ditulis :  atau
Ø  Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari pembacaan skala alat ukur yang terdiri atas angka pasti dan angka terakhir yang ditaksir
Ø  Aturan angka penting  Semua angka bukan nol adalah angka penting, Angka nol disebelah kanan angka bukan nol, bukan angka penting kecuali jika ada tanda seperti garis bawah, Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, bukan angka penting, Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka penting
Ø  Aturan operasi angka penting
Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan kurang dari 5 dibulatkan ke bawah. Apabila angka tepat 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya angka genap. Hasil perhitungan dari penjumlahan dan pengurangan hanya boleh mengandung satu angka taksiran. Hasil perkalian atau pembagian dari angka tidak eksak (angka penting) memiliki angka penting yang banyaknya sama dengan banyaknya angka penting yang paling sedikit
Ø  Dua buah vektor masing-masing A dan B dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut resultan.
Ø  Penjumlahan dan pengurangan vektor dapat dilakukan dengan metode grafis dan metode analitis
Ø  Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan metode grafis ada dua yaitu dengan metode poligon dan metode jajar genjang
Ø  penjumlahan dan pengurangan dengan metode analitis dilakukan dengan menggunanakan persamaan